
Di tangan pengusaha yang satu ini, bisnis batik Papua menemukan celah bersanding dengan batik yang sudah dikenal publik. Tak hanya itu, memberdayakan warga lokal memberi nilai sosial positif tersendiri.
Kristina Ifaryani mendirikan Citra Batik Papua sejak 1993. Ia memilih bisnis batik Papua dengan menonjolkan identitas tanah Papua, yakni motif burung Cendrawasih, rumah adat Honai, alat musik Papua, Tifa dan binatang khas Papua, seperti kadal dan buaya.
Yani memang bukan warga Papua. Dia memusatkan produksi untuk bisnis batik Papua miliknya di Pekalongan, Jawa Tengah, domisili asalnya. Akan tetapi, ia mengerjakan perancangan dan pemasaran dengan berpusat di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Yani telah mengoperasikan dua toko dengan nama yang sama di Sentani.
Yani menggeluti bisnis batik Papua sebab mengetahui prospek batik jenis ini yang masih minim pemain. Target usahanya adalah konsumen kelas menengah atas dan pasar mancanegara. Tokonya menjual batik tulis dan batik cap berupa lembaran kain dan pakaian jadi, seperti kemeja, dress, rok, dan kain pantai. Ia biasanya membuat hingga 500 buah pakaian jadi dan lebih dari 10 kain batik tulis berukuran 2 meter. Harga produknya mulai dari Rp250 ribu hingga Rp2 juta per helai. Laba kotornya mencapai Rp100 juta dalam satu bulan.
Berbasis Sociopreneur
Yani merupakan salah satu mitra usaha melalui Program Kemitraan PT Pertamina (Persero) bagi pelakon UMKM di seluruh Indonesia, termasuk Papua. Ia tidak hanya mengejar keuntungan semata melainkan menyumbang terhadap perekonomian warga lokasi usahanya.
Model sociopreneur yang ia pilih adalah mempekerjakan banyak ibu rumah tangga di Pekalongan untuk membatik. Sedangkan untuk Jayapura, ia mempekerjakan pegawai lokal untuk mengelola operasional tokonya.
Untuk pemasaran, ia memanfaatkan media sosial untuk memajang galeri produknya di @citra_batik_papua. Ia sendiri telah menjadi mitra binaan Pertamina sejak 2012, tepatnya melalui pembinaan Go Digital. Dengan strategi ini, wanita berusia 63 tahun ini dapat memasarkan produknya ke pasar yang lebih luas. Bahkan, ia bisa mengikuti pameran di dalam dan luar negeri hingga Australia. Dengan cara ini, bisnis batik Papua miliknya mempunyai relasi yang lebih lebar.
Baca juga : Ini Dia Usaha Sepatu Lokal yang Tengah Viral di Italia